Rabu, 27 November 2013

cerita cinta

kenangan itu
Sudah berapa malam yang aku habiskan untuk mengenangmu? Memutar kembali lembaran-lembaran cerita sederhana yang pernah ku lalui bersamamu. Meski tak pernah terjalin kisah indah, tak membuat kita tak merangkai cerita. Anganku melayang menembus waktu. Menelusuri jalan-jalan cerita yang pernah aku lalui. Mungkin tak banyak. Namun begitu berbekas. Nyata sekali.

Pun malam ini. Aku masih terjaga. Senyumku menyeruak sendirinya kala ku ingat betul senyummu. Aku ingat ketika dulu berbagi tawa denganmu. Melalui hari-hari dengan canda bahagia. Aku ingat betul hal-hal sederhana yang akhirnya membuat tawaku pecah. Aku ingat betul ketika kita berseteru untuk hal-hal yang tak perlu diperdebatkan. Namun itulah bahagiaku. Dekat denganmu melalui setiap canda yang kamu lemparkan.

Sejenak kemudian senyumku berubah. Berganti dengan pipi yang mulai basah. Bukan kenangan tentangmu tak indah. Namun aku benci keadaan. Keadaan yang memaksaku untuk tak dapat merasakan bahagia itu lagi. Sebab kini bahkan aku lupa kapan terakhir kali mataku menangkap senyummu. Aku tak ingat lagi kapan terakhir kali tawaku pecah oleh candamu.

Waktu memang berputar lebih cepat dari yang kuduga. Menelan setiap cerita yang ku mau tanpa akhir, sebenarnya. Namun memang sudah hukum alam bukan? Kalau waktu memang punya daya untuk menenggelamkan semuanya. Hingga tak tersisa.

Aku tak perlu menanyakan apakah kau juga kerap mengingat semuanya? Sebab aku tahu kau pasti tak punya waktu untuk mengingatnya. Hal yang tak ada artinya dimatamu sudah pasti tak punya tempat untuk kau simpan di hatimu. Mungkin bahkan kini kau lupa di duniamu sempat ada aku.

Kadang aku tak bisa menerima kenyataan bahwa sumber bahagiaku kini berkurang satu. Aku rasa tak adil jika aku harus mendapati bahwa semuanya tak mungkin terulang. Tapi aku tahu. Aku percaya. Akan ada sumber kebahagiaan lainnya. Walau mungkin tak aka pernah sama rasanya.

Jika kau mau tau, waktu yang kita habiskan untuk membantumu memahami matematika itu kebahagiaan untukku. Jika kau sadar, setiap ulah jahilmu yang membuatku marah itu kebahagiaan untukku. Jika kau mengerti, ceritamu yang antusias tentangnya itu menuai tangis di tiap malamku. Jika saja kau pahami, semua yang ku lakukan dulu selalu untukku, dan hanya untukmu. Kamu fikir, waktu yang ku luangkan untukmu itu bukan pengorbanan? Kamu fikir, menahan sesak saat melihatmu menatapnya itu bukan pengorbanan? Kamu fikir, memendam rasa demi terjaganya persahabatan itu bukan pengorbanan? Dan kamu fikir, bertahan dengan rasa yang sama hingga saat ini bukan pengorbanan?

Aku tau cinta tak seharusnya hitung-hitungan. Aku faham jika ketulusan itu mestinya tanpa imbalan. Tapi bukankah setiap pengorbanan itu harusnya berbuah kebahagiaan? Bukankah rasa yang dalam itu berhak diterima? Mana hakku? Mana bahagiaku?
Tak ada gunanya memaksamu mengetahui. sebab rasaku sudah terlampau lelah. Aku sadar bahwa cinta tak harus begini. Aku berhak atas kebahagiaan lain diluar soal dirimu. Toh, pencipta tawaku masih banyak.


Aku hanya tak mau melihatmu menyesal. Aku tak mau kau menyadarinya saat semua sudah terlambat. Mungkin lebih baik kau tak pernah mengetahuinya sama sekali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar