Buat lo yang masih bingung
Gue sih nggak bingung. Gue sih yakin pilih 2 ^_^v
Kenapa?
Yang pertama, gue lebih rela kalo nanti yang ada di
pemerintahan itu orang-orang kompeten kaya dahlan iskan, anis baswedan, yudi
krisnandi. Yah walaupun gue percaya, nggak ada politik transaksional, Cuma ya
kalo toh akhirnya ternyata orang-orang yang ada di tim sukses itu jadi menteri
atau punya jabatan di pemerintahan, ya gue sih dengan senang hati punya menteri
kaya dahlan iskan atau anis baswedan. Jelas lah, mereka kompeten. Jelas mereka
punya kualitas. Gue nggak rela aja kalo nanti yang jadi menteri atau yang
megang jabatan ARB misalnya. Bukan apa-apa, gue jadinya susah percaya kalo
jabatan nggak bisa di beli pake uang. Gue takut kejadian dulu keulang lagi. Ya
lo bayangin aja, andi malarangeng yang nggak tau apa-apa tentang olahraga, jadi
menpora. Dampaknya? Liat sendiri noh hambalang. Diganti, eh digantinya roy
suryo, ya sama aja nggak ngertinya. Nah, jokowi nggak gitu.
Jokowi udah buktiin kalo lurah pake lelang jabatan dan diuji
di publik. Artinya apa, artinya hanya orang orang yang lolos uji dan kompeten
yang bakal dapet jabatan, bukan orang titipan atau orang yang sebagai tanda
terimakasih atau orang yang punya kedekatan. Lah wong dia aja bukan ketua umum
partai atau ketua dewan pembina tapi maju kok. Majunya dia tuh justru trobosan,
bahwa kader terbaik parpol lah yang layak maju, meski jabatan dia bukan ketua
umum apa lagi dewan pembina. Tapi karena dia punya rekam jejak yang oke, punya
prestasi yang baik, ya dia emang layak maju. Bukan dipaksa bu mega atau siapa,
tapi saya dan jutaan orang di luar sana yang menaruh harapan ke beliau dan
beliau dirasa mampu memenuhi harapan kita semua.
Kalo dia dibilang boneka bu mega gara-gara ada satu foto dia
cium tangan bu mega, ya gue sih ketawa aja. Itu wajar. Keadaannya tuh sama aja
kaya kalo kader muda demokrat cium tangan SBY. Iya, itu bentuk penghormatan.
Penghormatan yang muda kepada yang tua. Penghormatan kader kepada salah satu
pendiri partainya. Lo cari deh di internet, ada juga foto jokowi cium tangan
istri almarhum gus dur, ibu sinta. Foto jokowi cium tangan SBY. Lah terus
jokowi juga boneka bu sinta, boneka SBY? Kan enggak. Lagian kalo dia boneka,
kalo dia di “setir” sama bu mega, gue mau tanya, selama dia jadi wali kota solo
dan jadi gubernur DKI Jakarta, ada nggak kebijakan jokowi yang dibuat
berdasarkan kepentingan bu mega? Apa kebijakan jokowi yang menguntungkan bu
mega dan merugikan rakyat? Apa kartu Solo sehat tuh ngefek ke bu mega? Apa
kartu Solo sehat itu dibuat berdasarkan kepentingan bu mega? Apa normalisasi
pluit juga buat kepentingan bu mega? Penertiban tanah abang juga demi
kepentingan bu mega? Jelas, semua kebijakan itu kan orientasinya rakyat.
Oke, lo pasti bilang jokowi bohong, katanya mau beresin
jakarta tapi nyapres sedangkan jakarta belum beres. Kalo gitu, gubernur jakarta
yang lainnya juga bohong. Mereka juga nggak ngeberesin jakarta. Jakarta nggak
beres kan bukan karena jokowi. Malah mereka yang udah mimpin jakarta 5 taun
atau sampe masa jabatan abis, ngga keliatan tuh upayanya buat beresin jakarta.
Jokowi yang baru setengah jalan justru keliatan. Lo liat noh waduk pluit yang
dulu sama sekarang. Cuma dia gubernurDKI Jakarta yang mau dialog sama
masyarakat, buat ngasi penjelasan, dan mereka ngerti, akhirnya mau dipindah
dari pinggiran waduk pluit. Oke, pasti dibilang, yailah waduk pluit doang,
jakarta kan bukan Cuma waduk pluit. Lah kalo itu sepele, kenapa gubernur
sebelum jokowi nggak bisa beresin yang sepele itu? Harusnya bisa dong. Menurut
gue juga, yang kaya gitu tuh yang disebut tegas.
Gue sih liat orang tegas atau enggak bukan dari badannya,
bukan dari cara pidatonya. Pemimpin yang tegas tuh yang berani ambil keputusan.
Yang berani ada di tengah-tengah rakyatnya buat dialog dan cari solusi atas masalah
rakyatnya. Pemimpin yang tegas tuh pemimpin yang mau ‘pasang badan’ buat jadi
pemecah masalah rakyatnya. Justru orang tegas itu yang tindakannya keliatan,
nyata, bukan Cuma omongan atau pidato keras-keras. Orasi mah gampang, bisa
dilatih. Tapi mengimplementasikan omongan jadi kenyataan, itu yang susah.
Gue juga cari pemimpin yang program kerjanya jelas,
sederhana, bisa dimengerti. Jokowi-jk, dalam bidang pemberantasan korupsi,
jelas mereka bakal memperkuat KPK. Ya mungkin yang sebelah juga sama. tapi ya
liat aja, partai-partai pendukung yang sebelah kan elit-elitnya banyak yang
udah ketangkep. Buat penegakan hukum, jelas mereka mau memperbaiki birokrasi.
Semua di rencanakan, diimplementasi, dan diawasi dengan baik. Biar efektif,
pake sistem online, pake teknologi, pake e-budgeting. Semua sistem diperbaiki.
Yang dikasi jabatan bukan orang titipan atau orang dekat, tapi lewat lelang
jabatan dan di uji, jadi hanya yang layak yang dapet jabatan. Buat pengembangan
SDM, jelas mereka bakal meningkatkan kualitas manusia lewat pendidikan dan
revolusi mental. Jelaslah, kekayaan utama bangsa itu bukan SDAnya, tapi SDMnya.
Kalo manusianya berkualitas, pasti bisa ngelola sumber daya alam. Jadi, yang
harus diurus dan diperbaiki tuh manusianya dulu. Buat pertahanan, jelas mereka
akan memperkuat maritim. Mereka bakal jadiin Indonesia poros maritim dunia.
Kenapa? Karena mereka tau kalo perekonomian dunia bukan lagi di barat, tapi di
timur. Dan mereka jadiin itu potensi. Buat ngadepin pasar bebas ASEAN 2015,
jelas mereka bakal mewajibkan dubes buat memasarkan dan mengenalkan produk
indonesia. Buat masalah TKI, mereka bakal memperbaiki sistem legalitasnya,
semua pengesahan dokumen dan prosedur di dalam negeri diperbaiki sistemnya,
terus negara tujuan yang nggak punya UU perlindungan tenaga kerja, nggak boleh
jadi negara tujuaan TKI. Buat perekonomian, jelas mereka bakal mengerakkan
ekonomi pedesaan dan mendorong UKM, mereka juga bakal memajukan ekonomi kreativ
yang di dalemnya berisi anak-anak muda yang sebenernya aset bangsa tapi selama
ini nggak ada wadahnya buat mereka nuangin kreativitas mereka. konkret banget
kan programnya? Itu baru sebagian. Yang gue inget doang. Yang lain masih
banyak.
Masa lalu atau masa depan? Produk orde baru atau reformasi?
Kampanye hitam atau kampanye kreatif? Orasi atau bukti? Kasus atau prestasi?
Janji atau pengalaman?
Lo bisa liat bedanya yang di GBK sama yang di monas. Waktu
nomor satu kampanye di GBK, yang dateng itu dari parpol, pada bawa bendera
parpol, entah mereka tulus ngedukung atau karena tuntutan suara parpolnya. Tapi
yang di monas, nggak ada yang bawa bendera partai, semua rakyat biasa kaya gue,
tanpa embel-embel apapun mereka salam dua jari, tulus tanpa tuntutan parpol
manapun mereka mau dateng.
Mau ikut nggak sama gue? Sama anis baswedan, dahlan iskan,
yudi krisnandi, maruarar sirait, khofifah indar parawangsa, fadjroel rahman,
joko anwar, slank, riri riza, mira lesmana, erwin gutawa, yovie widianto, glenn
fredly, tompi, sandi sandoro, ernest, pandji, wahyu aditya, dan generasi penerus
indonesia hebat lainnya
Yuk kita kawal pak jokowi buat mimpin kita. Beliau yang
basic nya rakyat, pasti tau maunya rakyat, pasti ngerti suara rakyat.
Gue sih Cuma takut. Yang sebelah noh didukung cendana. Nggak
bisa bayangin kalo orba eksis lagi. 32 taun tuh udah capek. Masa pengorbanan
nyawa aktivis’98 sia-sia? Kasian mereka. kita bisa bebas ngeluarin pendapat,
ada kebebasan pers, ngrasain demokrasi, itu karena mereka. gue sih nggak mau
terbelenggu kaya jaman orba. Ngeri! Nggak mau gue!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar