Rabu, 27 November 2013

contoh artikel tentang sepakbola

Garuda Muda Berjaya

            Keberhasilan timnas U-19 meraih trofi AFF cup dan lolos ke putaran final piala Asia 2014 membuat bangga masyarakat Indonesia. Dukungan dan ucapan selamat terus diberikan kepada Evan Dimas dan kawan kawan. Pencapaian timnas U-19 ini menyudahi minimnya prestasi persepakbolaan tanah air. Perlu waktu 22 tahun untuk sepak bola Indonesia kembali merasakan juara di ajang internasional. Bukan timnas senior yang berhasil menghentikan puasa gelar tersebut, melainkan anak muda Indonesia yang tergabung dalam timnas U-19. Garuda muda mampu menunjukkan kapasitasnya di kancah asia tenggara dan akan berjuang mengangkat persepakbolaan nasional di level asia pada piala Asia 2014 nanti.
            Timnas U-19 memang memiliki banyak keunggulan. Melihat dari segi permainan di atas lapangan, tentu rasa optimis tumbuh di dalam diri masyarakat Indonesia. Garuda muda begitu tangguh mengalahkan setiap lawan yang menghadang. Bahkan, tim sekuat korea selatan mampu mereka taklukkan dengan meyakinkan. Fisik pemain timnas U-19 pun diketahui begitu prima. Kapasitas paru-paru mereka dalam menampung oksigen bahkan di atas rata-rata pemain bola di Indonesia, melampaui kakak-kakak mereka di timnas senior. Selain itu, visi bermain garuda muda terlihat sangat jelas. Mereka begitu apik memainkan bola melalui umpan-umpan pendek dari kaki ke kaki. Hal yang bahkan tak bisa dilakukan timnas senior. Keakuratan umpan dan kepiawaian mengontrol permainan selalu diperagakan anak asuh Indra Sjafri tersebut. Semua lini dalam tim mulai dari lini belakang hingga barisan depan sangat padu dan memperlihatkan kekompakan. Tak ada individualitas yang mereka tunjukkan. Salah satu hal terpenting yang membawa mereka meraih prestasi adalah semangat dan kerendahan hati yang dimiliki. Rasa optimis memenangi setiap pertandingan dan kepercayaan diri mereka amat tinggi. Loyalitas mereka untuk negara pun tak perlu ditanyakan lagi. Bahkan, sang kapten, Evan Dimas pernah menyampaikan pernyataan bahwa uang memang penting tetapi negara jauh lebih penting.
            Sosok yang amat berperan membawa garuda muda meraih prestasi tentunya adalah sang pelatih, Indra Sjafri. Beliau yang selama satu tahun lebih memberikan berbagai macam latihan kepada punggawa timnas U-19. Fisik dan teknik bermain timnas U-19 berkembang pesat di bawah asuhan pelatih asal Minang tersebut. Hal ini dikarenakan kedisiplinan yang diutamakan oleh coach Indra. Selain fisik dan teknik bermain, coach Indra juga selalu memotivasi anak asuhnya. Semangat dan optimisme selalu beliau tanamkan dalam diri setiap punggawa timnas. Salah satu bentuk dari motivasi tersebut adalah mengganti kalimat selamat pagi menjadi semangat pagi. Hal ini dilakukan untuk memotivasi garuda muda agar selalu semangat dalam berlatih. Indra Sjafri juga menyemangati anak asuhnya dengan mengatakan bahwa semua tim bisa dikalahkan, tak ada yang tak bisa dilawan kecuali Tuhan dan orang tua. Inilah yang menyebebkan Timnas U-19 selalu memasuki lapangan pertandingan dengan semangat menang yang tinggi. Prestasi yang berhasil diraih Timnas U-19 bukan melalui proses yang instan. Indra Sjafri telah mencari bakat-bakat pesepakbola Indonesia hingga ke pelosok negeri. Beliau terjun langsung ke lapangan untuk mencari bibit-bibit pesepakbola masa depan Indonesia. Sampai akhirnya beliau mendapatkan pemain-pemain bertalenta seperti Evan Dimas dari Surabaya, Ravi Murdianto dari Serang, hingga Yabes dari Nusa Tenggara Timur.
           Timnas U-19 adalah aset bangsa yang harus dijaga. Jangan sampai prestasi yang mereka raih saat ini hanya angin lalu yang hilang dengan sendirinya. Kita ketahui ketika 2010 lalu timnas senior tampil sangat meyakinkan pada ajang piala AFF. Mereka sanggup menjadi runner up di turnamen tersebut. Tetapi, kondisi itu tidak berlangsung lama. Dualisme sepakbola di PSSI membuat persepakbolaan kita kembali terpuruk. Tak ada lagi prestasi yang bisa diraih, hanya ada kisruh yang tak kunjung usai. Kini, kondisi persepakbolaan Indonesia kembali kondusif. Kondisi ini harus terus dipertahankan. Tentu kita tidak ingin jika ada dualisme sepak bola lagi yang akan berpengaruh pada timnas U-19 kita. Semua petinggi PSSI harus memfokuskan diri pada perkembangan persepakbolaan tanah air. PSSI harus menjamin terselenggara dengan baiknya semua agenda yang diharapkan untuk timnas U-19. Sarana dan prasarana latihan bagi punggawa timnas harus terus diperbaiki. Fasilitas pemusatan latihanpun harus terus ditingkatkan. Kesejahteraan pelatih dan pemain timnas juga harus diperhatikan. Keputusan coach Indra yang melarang anak asuhnya menjadi bintang iklan atau sering muncul di media merupakan keputusan tegas yang tepat. Pemain memang harus fokus mengingat banyaknya target yang harus dicapai. Waktu yang ada harus digunakan pemain secara maksimal. Selain itu, pemain timnas U-19 juga harus dijaga kebugaran fisiknya. Alangkah baiknya jika mereka fokus kepada tim nasional. Kita ketahui bahwa kondisi liga indonesia beresiko untuk mereka. Jadwal pertandingan yang padat serta besarnya kemungkinan cidera akan mengganggu mereka. Untuk itu, lebih baik bila pemain timnas U-19 tidak dulu bergabung dengan klub.
            Timnas usia muda adalah cerminan timnas senior untuk beberapa tahun mendatang. Mereka yang akan menggantikan timnas senior nantinya. Masyarakat indonesia patut yakin akan masa depan persepakbolaan nasional jika melihat dari prestasi yang ditorehkan timnas usia muda saat ini. Lima atau enam tahun mendatang, timnas U-19 inilah yang akan melanjutkan perjuangan timnas senior. mereka akan mencoba merealisasikan harapan seluruh masyarakat Indonesia agar timnas Indonesia kembali menjadi macan Asia.
            Banyak rintangan yang akan dilalui garuda muda. Piala asia tahun depan adalah salah satunya. Lawan yang akan dihadapi mereka semakin tangguh. Banyak yang harus mereka persiapkan. Pertama, tentu mereka harus serius berlatih. Waktu yang diberikan untuk pemusatan latihan harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Fisik dan teknik bermain harus terus ditingkatkan. Kedua, untuk persiapan sebelum laga resmi tahun depan, uji coba  perlu mereka lakukan. Ini akan menjadi ajang pemanasan bagi mereka. tetapi, jadwal untuk uji coba harus benar-benar diperhatikan. Jangan sampai mereka mengalami cidera saat gelaran piala asia akan dimulai. Terakhir, mereka membutuhkan dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia. Dukungan akan memompa semangat dan kepercayaan diri mereka. rakyat Indonesia diharapkan terus memberikan dukungan baik pada saat mereka menang atau kalah. Karena penonton atau pendukung bisa disebut pemain ke dua belas yang berpengaruh besar pada kemenangan sebuah tim sepak bola.
            Seluruh masyarakat Indonesia berharap banyak pada timnas U-19 ini. Mereka diharapkan membawa nama baik Indonesia di kancah persepakbolaan internasional. Rakyat Indonesia berharap garuda muda bisa memberikan yang terbaik bagi Indonesia. Timnas U-19 juga diharapkan mampu menjadi tim yang tangguh ketika sudah berseragam timnas senior nantinya. Semoga prestasi demi prestasi terus diraih garuda muda. Di ajang piala Asia nanti, timnas U-19 diharapkan dapat menembus babak empat besar agar mendapat tempat untuk piala dunia U-20 pada 2015 mendatang. Semoga harapan seluruh masyarakan Indonesia bisa terealisasi.

            

cerita cinta

kenangan itu
Sudah berapa malam yang aku habiskan untuk mengenangmu? Memutar kembali lembaran-lembaran cerita sederhana yang pernah ku lalui bersamamu. Meski tak pernah terjalin kisah indah, tak membuat kita tak merangkai cerita. Anganku melayang menembus waktu. Menelusuri jalan-jalan cerita yang pernah aku lalui. Mungkin tak banyak. Namun begitu berbekas. Nyata sekali.

Pun malam ini. Aku masih terjaga. Senyumku menyeruak sendirinya kala ku ingat betul senyummu. Aku ingat ketika dulu berbagi tawa denganmu. Melalui hari-hari dengan canda bahagia. Aku ingat betul hal-hal sederhana yang akhirnya membuat tawaku pecah. Aku ingat betul ketika kita berseteru untuk hal-hal yang tak perlu diperdebatkan. Namun itulah bahagiaku. Dekat denganmu melalui setiap canda yang kamu lemparkan.

Sejenak kemudian senyumku berubah. Berganti dengan pipi yang mulai basah. Bukan kenangan tentangmu tak indah. Namun aku benci keadaan. Keadaan yang memaksaku untuk tak dapat merasakan bahagia itu lagi. Sebab kini bahkan aku lupa kapan terakhir kali mataku menangkap senyummu. Aku tak ingat lagi kapan terakhir kali tawaku pecah oleh candamu.

Waktu memang berputar lebih cepat dari yang kuduga. Menelan setiap cerita yang ku mau tanpa akhir, sebenarnya. Namun memang sudah hukum alam bukan? Kalau waktu memang punya daya untuk menenggelamkan semuanya. Hingga tak tersisa.

Aku tak perlu menanyakan apakah kau juga kerap mengingat semuanya? Sebab aku tahu kau pasti tak punya waktu untuk mengingatnya. Hal yang tak ada artinya dimatamu sudah pasti tak punya tempat untuk kau simpan di hatimu. Mungkin bahkan kini kau lupa di duniamu sempat ada aku.

Kadang aku tak bisa menerima kenyataan bahwa sumber bahagiaku kini berkurang satu. Aku rasa tak adil jika aku harus mendapati bahwa semuanya tak mungkin terulang. Tapi aku tahu. Aku percaya. Akan ada sumber kebahagiaan lainnya. Walau mungkin tak aka pernah sama rasanya.

Jika kau mau tau, waktu yang kita habiskan untuk membantumu memahami matematika itu kebahagiaan untukku. Jika kau sadar, setiap ulah jahilmu yang membuatku marah itu kebahagiaan untukku. Jika kau mengerti, ceritamu yang antusias tentangnya itu menuai tangis di tiap malamku. Jika saja kau pahami, semua yang ku lakukan dulu selalu untukku, dan hanya untukmu. Kamu fikir, waktu yang ku luangkan untukmu itu bukan pengorbanan? Kamu fikir, menahan sesak saat melihatmu menatapnya itu bukan pengorbanan? Kamu fikir, memendam rasa demi terjaganya persahabatan itu bukan pengorbanan? Dan kamu fikir, bertahan dengan rasa yang sama hingga saat ini bukan pengorbanan?

Aku tau cinta tak seharusnya hitung-hitungan. Aku faham jika ketulusan itu mestinya tanpa imbalan. Tapi bukankah setiap pengorbanan itu harusnya berbuah kebahagiaan? Bukankah rasa yang dalam itu berhak diterima? Mana hakku? Mana bahagiaku?
Tak ada gunanya memaksamu mengetahui. sebab rasaku sudah terlampau lelah. Aku sadar bahwa cinta tak harus begini. Aku berhak atas kebahagiaan lain diluar soal dirimu. Toh, pencipta tawaku masih banyak.


Aku hanya tak mau melihatmu menyesal. Aku tak mau kau menyadarinya saat semua sudah terlambat. Mungkin lebih baik kau tak pernah mengetahuinya sama sekali

Minggu, 24 November 2013

sepotong cerita hati

Aku menunggumu. Menunggu kamu yang aku ketahui nggak bisa aku hubungin untuk beberapa waktu. Kamu jauh. Bukan hanya soal jarak. Tapi soal hubungan pertemanan kita. Hubungan pertemanan yang buat aku cuma kamuflase. Kamuflase buat nutupin perasaan aku. Waktu bergulir. Hari demi hari aku nunggu. Aku nunggu kabar dari kamu. Aku nungguin hal yang nggak berhak aku dapetin. Aku coba ngabarin. Hampir semua aku coba. Tapi hasilnya nihil. Aku sabar. Aku udah terbiasa berkorban buat kamu. Pun kali ini.
Bak petir di siang bolong. Kamu jawab kabar dari aku. Aku bahagia. Ibarat nunggu hujan di musim kemarau. Tanah yang gersang disiram air hujan. Sejuk. Damai. Pasti semua tau, gimana rasanya sesuatu yang kamu tunggu akhirnya tiba? Bahkan kata-kata indahpun nggak cukup buat menggambarkannya. Tapi, ada yang berubah. Kamu bukan kamu yang dulu. Nggak ada canda ringan yang dulu rutin buat aku senyum. Nggak ada pertanyaan sederhana dari kamu yang aku tunggu-tunggu. Kamu hanya jawab sebisanya. Komunikasi itu seperti bertahan satu arah. Gimana rasanya? Jangan ditanya! Tapi aku tetep bahagia. Iya, apapun itu, yang datang dari kamu, selalu berhasil buat aku bahagia. Hal sesederhana apapun, kalau itu dari kamu, amat sangat berarti.

Sampai suatu saat, hari ini tiba. Aku tau sesuatu. Itu cukup bikin aku sejenak kaget. Ada yang nunggu kamu selain aku. Ada yang ngarepin kabar dari kamu selain aku. Bedanya, kamu emang mau ditungguin dia. kamu emang ngarepin dia buat nunggu kamu. Sedangkan aku? Kamu nggak pernah tau aku nunggu kamu. Bahkan, kamu nggak pernah tau ada orang yang sayang sama kamu jauh sebelum ini.

Aku harusnya nggak nungguin kamu. Toh, kamu juga nggak pernah ngarepin ditungguin aku. Dari dulu juga sikap kamu udah nunjukkin kalo kamu nggak suka. Aku aja yang keras kepala. Aku maksain diri sayang sama kamu dari dua tahun yang lalu. Sedangkan hati kamu selalu buat orang lain. Beberapa orang singgah dan pergi dari hati kamu. Tapi kamu nggak pernah bener-bener pergi dari hati aku. Aku sayang sama kamu itu berdasarkan ketulusan. Tapi lama-lama aku sadar ini udah menjurus ke kebodohan. Aku bodah mungkin udah sayang sama orang yang salah. Orang yang nggak layak dapet perasaan sedalam ini. Sampai sekarangpun yang ada di benak aku bukan aku harus lupain kamu. Tapi aku yakin suatu saat kamu sadar bahwa ada yang sayang sama kamu sampai segininya. Aku tau kamu tau. Aku tau kamu pura-pura nggak tau. Aku tau kamu pura-pura nggak tau karena mungkin emang nggak suka. Jadi kamu nggak perlu nglakuin apa-apa. Bohong kalau aku nggak perlu jawaban. Sebenarnya dari dulu aku udah dapet jawaban. Tapi aku terlalu takut terima kenyataan. Ketakutan itu akhirnya jadi keyakinan yang aku buat-buat sendiri.

Sekarang,di hati kamu ada seseorang. Seseorang yang nuggu kamu yang juga kamu tunggu. Iya, aku harus relain kamu. Karena aku bukan siapa-siapa kamu. Bahkan mungkin teman baik juga bukan. Aku bukan teman baik kamu lagi kan? Aku wajar. Aku nggak bisa nglakuin apa-apa selain pura-pura tegar dan pura-pura nggak kenapa-kenapa.

Kamu udah jadi kenangan. Dengan segala baik dan buruknya. Dengan semua bahagia dan sedihnya. Ada yang harus kamu tau. Aku nggak yakin cintanya lebih besar dan lebih tulus. Kamu nggak akan nemuin orang yang sayang sama kamu selama dua tahun dan selalu berhasil pura-pura bahagia dengerin kamu yang cerita tentang orang lain. Nggak akan ada yang rela air matanya jatuh hampir tiap malam karena kamu tapi selalu memutuskan untuk bertahan. Terlalu banyak yang aku korbanin buat kamu.


Sekarang, aku harus melanjutkan hidup. Menghapus sisa-sisa kenangan. Sampai aku nggak nangis lagi saat mengingatnya. Kamu udah pergi. Aku anggap kamu udah pergi. Lebih tepatnya aku paksa kamu pergi. Pergi bersama dia yang kamu duga bisa buat kamu bahagia.

Minggu, 20 Oktober 2013

friendzone



Entah apa yang membawaku menyelami waktu. Menemani anganku melayang menelusuri cerita lalu. Hingga samapai pada satu waktu. Waktu yang dulu memang punyaku.

Saat itu, aku ingat betul saat itu. Saat pertama kita bertemu. Saat mataku masih kosong menatapmu. Saat detak jantungku masih biasa saja bila melihatmu. Saat aku belum tersentuh sapamu. Namun memang sudah ada pertanda akan ada sesuatu terjadi padaku nantinya.

Saat itu, kau berjalan tepat di hadapanku. Tak menoleh sedikitpun. Aku melihatmu, lalu hatiku berujar “aku ingin jadi temanmu.” Mungkin ucapan dalam hati itu menjadi semacam do’a yang sebenarnya aku tak terobsesi menjadikannya nyata. Namun, memang Tuhan mengabulkan do’aku.

Tak ingat pasti selang waktu setelah itu, aku hanya tahu itu sebentar. Tiba-tiba, candamu sudah memenuhi ruang hatiku. Mengisi setiap jengkal jiwaku yang sepi. Memenuhi setiap inci batinku yang kosong. Menjamah setiap bait nyanyian sukmaku yang rindu. Dan, sejak saat itu, semuanya mulai berubah.

Aku mulai terbiasa melewati hari bersamamu, pencipta senyumku. Apapun yang dilakukanmu, membawakan bahagia ke pangkuanku. Senyummu berhasil membekas terlalu dalam di hatiku. Semuanya indah. Hariku bahkan lebih dari indah. Kesederhanaan perangaimu mengajarkanku tentang kesederhanaan kebahagiaan. Dekat. Aku merasa amat dekat denganmu. Aku merasa diterima di hidupmu. Teman. Teman membuat batas-batas itu semakin kabur. Kita, semakin tak ada batasan nyata. Dan, hatikupun mulai sulit membedakan batas-batas rasa.

Hatiku mulai resah bila senyummu tak singgah di tatapanku. Aku resah kala candamu hilang dari hariku. Ada gejolak yang berbeda ketika aku di dekatmu. Ketika jemariku tanpa komando memukul ringan lenganmu jika kau menjahiliku. ketika senyumku berubah menjadi muram jika kau mengejekku. Namun, ku nilai itu sebagai jalan untuk ku bisa terus dekat denganmu. Kau buat marahku menjadi indah. Kau buat kesalku menjadi manis. Manis, manis sekali.

Tak lama setelah canda kita menyatu, tak lama setelah tawa kita bersanding. Di sela-sela cerita indah itu aku mengambil keputusan. Hatiku memaksaku memutuskan hal itu. Sesuatu yang sebenarnya telah ku duga membawa derita kelak. Namun aku tak bisa mengelak. Karena aku tahu, hatiku telah jatuh kepadamu.

Ya, aku mencintaimu. Cinta yang awalnya ku yakini hanya sesaat. Hanya cinta yang mudah berlalu tertiup angin ragu. Cinta yang mudah pergi. Sayangnya aku salah. Nyatanya, cintaku tak begitu.
Kau tahu berapa lama rasaku tertahan? Kau tahu berapa lama namamu melekat di hati? Kaupun tahu berapa lama. Bahkan aku tak dapat merangkai kata untuk menggambarkan seberapa besar dan dalam rasaku ini. Untuk bagian ini, aku tak bisa bercerita. Sudah habis ceritaku ditelan rindu, dimakan air mata.

Hingga waktu memaksaku membiasakan diri tanpa senyummu. Hingga keadaan membuatku tak tahu kapan lagi bisa menatapmu. Rasaku tetap sama, selalu sama. Hanya rindu yang berbeda. Rindu yang menjadi lebih dalam, lebih menyesakkan.

Betapa aku ingin memutar waktu. Kembali ke masa dimana senyummu adalah senyumku. Meski hatimu tak pernah ku miliki, setidaknya aku sudah pernah ada di hidupmu, di tempat yang tak istimewa. Kendati dirimu, sudah pasti dapat tempat terindah di hidupku. Hingga nanti.

Hanya butuh satu senyuman untuk bisa menjatuhkan hati padamu. Namun, jutaan air mata bahkan tak pernah cukup membuatku melupakanmu.

Mengapa keadaan punya daya yang begitu besar untuk membentengkan jarak antara kita?