Kamis, 02 Januari 2014

satu cerita

lihat saja(!)

Rasa sakit yang selama ini menaungi setiap sudut jiwaku, apakah sampai pada hatimu? Apa kau punya waktu untuk sekedar menengok ke arahku, lalu melihat pipiku yang dibasahi air mata. Iya, sejak kau tancapkan luka, hampir setiap malam air mataku pecah, pipiku sudah terbiasa basah. Bukan sehari, tidak sebulan, bukan juga setahun. Hampir tiga tahun aku bertahan. Bertahan untuk sesuatu yang bahkan aku tak tau apa lagi yang aku pertahankan.Cinta? Aku sudah tak dapat merasakan lagi kebahagiaannya. Sejak aku mencintaimu, hatiku jadi egois. Tak mau menyisahkan tempat untuk yang lain. Pintunya terkunci untuk siapapun yang hendak mengetuknya. Rasanya mati, berhenti untuk kebahagiaan di sekelilingnya. Hatiku hanya peduli tentangmu. Ia hanya bisa merasakan bahagia dan sakit hanya karenamu.
Kau tau, berapa lama ia sakit? Berapa lama hatiku dirundung kesakitan? Kau tau? Kau tau seberapa dalam luka yang kau tancapkan? Kau tau? Jika hatiku begitu kokoh mempertahankanmu, maka hatimu juga kokoh mempertahankannya. Mempertahankan untuk tak melihat hatiku sedikitpun. Apa yang sudah ku korbankan? Tak usah ditanya, tak perlu dihitung. Semua tau seperti apa aku mencintaimu. Lewat keluh kesahku, lewat bahagiaku bila di dekatmu, lewat tangisku ketika kau seenak jidatmu bercerita tentang “princess” mu itu. Semua tau.
Aku tak pernah mencintai hingga seperti ini. Aku tak pernah menyayangi lelaki sampai sedalam ini. Beruntungnya dirimu. Betapa bodohnya aku. Sampai ujung waktupun, tak akan pernah ada tempatku di hatimu. Tak ada yang mencintaimu seperti aku. Bagaimana lagi aku meyakinkanmu? Cinta yang ku rasakan padamu, lebih besar dari cinta wanita manapun, bahkan wanita yang kau cintai sekalipun. Jika iya mereka mencintaimu, tanyakan saja sejak kapan, tanyakan saja apa yang sudah dikorbankan, lalu bandingkan dengan aku.

Hingga saat tak akan ada lagi waktu untuk ku bisa menatapmu seperti saat ini, hatiku tetap tak berubah. Kau buat hatiku seakan tak mau kenal siapapun selain dirimu. Aku hanya tak ingin membuatmu menyesal. Namun, aku pastikan, dirimu sendiri yang membuat semuanya akan terlambat. Kelak kau akan menyadari segalanya, saat aku sudah bahagia. Satu demi satu luka yang kau tancapkan, satu demi satu sakit yang kau ciptakan, semuanya tersimpan dengan indah bersama namau yang tak pernah terhapus itu. Jika nanti senyummu menyapaku, aku berjanji akan memalingkan wajahku. Jika kelak sapamu lembut mengalun di telingaku, aku berjanji akan menganggapnya angin lalu. Jika suatu hari kau rasakan rasa yang sama seperti aku, penyesalanlah yang pasti kau dapat. Aku coba bijak selama ini. Aku coba memaknai bagaimana sucinya cinta yang tulus. Namun dirimu sendiri yang menunjukkanku pada kenyataan, yang tak akan sama dengan teori-teori bijak itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar