lihat saja(!)
Rasa sakit yang selama
ini menaungi setiap sudut jiwaku, apakah sampai pada hatimu? Apa kau punya
waktu untuk sekedar menengok ke arahku, lalu melihat pipiku yang dibasahi air
mata. Iya, sejak kau tancapkan luka, hampir setiap malam air mataku pecah, pipiku
sudah terbiasa basah. Bukan sehari, tidak sebulan, bukan juga setahun. Hampir
tiga tahun aku bertahan. Bertahan untuk sesuatu yang bahkan aku tak tau apa
lagi yang aku pertahankan. Cinta? Aku sudah tak
dapat merasakan lagi kebahagiaannya. Sejak aku mencintaimu, hatiku jadi egois.
Tak mau menyisahkan tempat untuk yang lain. Pintunya terkunci untuk siapapun
yang hendak mengetuknya. Rasanya mati, berhenti untuk kebahagiaan di
sekelilingnya. Hatiku hanya peduli tentangmu. Ia hanya bisa merasakan bahagia dan
sakit hanya karenamu.
Kau tau, berapa lama ia
sakit? Berapa lama hatiku dirundung kesakitan? Kau tau? Kau tau seberapa dalam
luka yang kau tancapkan? Kau tau? Jika hatiku begitu kokoh mempertahankanmu,
maka hatimu juga kokoh mempertahankannya. Mempertahankan untuk tak melihat
hatiku sedikitpun. Apa yang sudah ku korbankan? Tak usah ditanya, tak perlu
dihitung. Semua tau seperti apa aku mencintaimu. Lewat keluh kesahku, lewat
bahagiaku bila di dekatmu, lewat tangisku ketika kau seenak jidatmu bercerita tentang
“princess” mu itu. Semua tau.
Aku tak pernah mencintai
hingga seperti ini. Aku tak pernah menyayangi lelaki sampai sedalam ini.
Beruntungnya dirimu. Betapa bodohnya aku. Sampai ujung waktupun, tak akan
pernah ada tempatku di hatimu. Tak ada yang mencintaimu seperti aku. Bagaimana
lagi aku meyakinkanmu? Cinta yang ku rasakan padamu, lebih besar dari cinta
wanita manapun, bahkan wanita yang kau cintai sekalipun. Jika iya mereka
mencintaimu, tanyakan saja sejak kapan, tanyakan saja apa yang sudah dikorbankan,
lalu bandingkan dengan aku.
Hingga saat tak akan ada
lagi waktu untuk ku bisa menatapmu seperti saat ini, hatiku tetap tak berubah.
Kau buat hatiku seakan tak mau kenal siapapun selain dirimu. Aku hanya tak
ingin membuatmu menyesal. Namun, aku pastikan, dirimu sendiri yang membuat
semuanya akan terlambat. Kelak kau akan menyadari segalanya, saat aku sudah
bahagia. Satu demi satu luka yang kau tancapkan, satu demi satu sakit yang kau
ciptakan, semuanya tersimpan dengan indah bersama namau yang tak pernah
terhapus itu. Jika nanti senyummu menyapaku, aku berjanji akan memalingkan
wajahku. Jika kelak sapamu lembut mengalun di telingaku, aku berjanji akan
menganggapnya angin lalu. Jika suatu hari kau rasakan rasa yang sama seperti
aku, penyesalanlah yang pasti kau dapat. Aku coba bijak selama ini. Aku coba
memaknai bagaimana sucinya cinta yang tulus. Namun dirimu sendiri yang
menunjukkanku pada kenyataan, yang tak akan sama dengan teori-teori bijak itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar