Minggu, 18 Mei 2014

kumpulan status facebook

Semua yg udah kamu usahain, yg udah kamu pelajarin, nggak akan sia sia. Dan dalam ketidaktauan kamu, ada yg doain kamu, ada yg semangatin kamu. Kamu. Iya kamu

Semangat belajar. Meski doa dari aku ga kamu harepin, meski semangat dari aku ga kamu inginin :')

Dulu, aku pernah begitu menyukai hujan. Karena ia datang tak sendiri, selain titik airnya dingin memeluk bumi, ia menghadirkan sosokmu memenuhi setiap jengkal benakku, menampakkan senyummu yg melengkung indah bak pelangi setelahnya. Kini aku masih menyukai hujan. Hanya hujan saja. Hanya suara gemericik airnya saja. Hanya itu. Hujan datang sendiri. Tak ada yg dibawanya. Memang tak ada lagiyg bisa ia bawa

Selamat pagi. Bila bisa menyerah, aku sudah melakukannya sejak dulu. Sungguh tak mudah mencegah hati berperasaan yg bukan bukan

Kadang kenyataan ga sesuai harapan. Bukan kadang. Tapi seringnya hahaha

Kadang hal yg nggak pernah dibayangin sekalipun, ternyata bisa kejadian. Allah ngasi lebih dari apa yg diminta. Subhanallah

Bahagia itu berasal dari rasa syukur                        

Kalo maunya eskrim, ya gamau dikasi permen. Walaupun sama sama manis :')

Aku kira kini lebih baik. Aku kira ini awal yg baik. Aku kira lebih indah dari dahulu. Semuanya salah. Salah besar :')

Ini hidupmu! Cobalah untuk lebih bertanggung jawab!

Aku bertanya pada hati. Menunduk lemah merenungi diri. Yg ku pinta hadirnya atau bahagia? Ah, mengapa tak bisa dua duanya? Jika bahagia merengkuh, bukan darinya. Bila ia ada, bukan bahagia yg dicipta

Aku bisa apa jika kau tak ada? | kau bisa bahagia! Kau bisa lakukan apapun yg kau mau


Bahagia tuh dateng dari mana aja. Bahkan dari hal yg tiba tiba terjadi yg bahkan nggak pernah kita duga. Semua orang udah dapet hak atas kebahagiannya masing masing. Allah adil kok 

Rabu, 07 Mei 2014

sebuah cerita

Aku memang faham betul apa arti semua sikapnya padaku. Tak ada yang istimewa. Tak pernah ada yg istimewa. Jika toh ia hadir lagi kini, itu karena memang dia ingin menjaga hubungan baik dengan orang yg dikenalnya. Bukan karena ada apa-apa. aku bukannya keras kepala. Aku bukan tak taku sakit. Hanya saja aku menikmatinya. Aku menikmati setiap canda yg ia buat. Aku menikmati setiap sapa yg ia tujukan untukku. Karena aku memang membutuhkan semua itu. Aku butuh hal yg dapat menjadi sumber bahagiaku. Aku butuh alasan agar bisa tersenyum. Aku sama sekali tak bermaksud mengabaikan nasehat yg datang padaku. Entah itu yang aku dengar lewat kedua telingaku, atau yg tepat sampai pada hatiku. Hanya saja aku  tak tau harus apa. menjauh? Sampai kapanpun aku tak bisa menjauh. Aku tak bisa menjauh untuk yang kedua kalinya. Aku rasakan betul bagaimana hatiku saat itu. Aku harus mengabaikannya? Bagaimana mungkin? Ia terasa amat dekat. Ia disini, di hatiku. Yg hadirnya ku rasakan setiap hari. Jika memang semua sikapnya padaku hanya bentuk kebaikannya pada orang lain, bukankah seharusnya akupun membalas kebaikannya? Aku memang keras kepala. Mungkin. Atau aku hanya mengikuti kata hati. Aku yg faham betul apa yg bisa menghantarkan bahagia. Aku hanya ingin bahagia. Entah darimana datangnya bahagia itu. Sungguh, dekat dengannya sudah lebih dari bahagia. Apa aku harus mengakhiri bahagiaku hanya karena takut bertepuk sebelah tangan? Semesta tahu, aku berani. Aku tak takut akan hal seperti itu. Jika aku telah mengambil keputusan, aku mengerti benar akan resiko yg mengiringinya. Saat aku memutuskan mencintainya, aku tentu siap untuk disakiti karena cintaku itu. Meski pada akhirnya air mataku jadi pertanda bahwa aku tak benar-benar siap. Namun aku menyediakan diriku untuk terluka seperti aku menyediakan diriku untuk bahagia. Toh jika air mataku telah membasahi pipi, tak akan sampai pada siapapun. Semua keluh kesah yg terlontar, sungguh baru sebagian kecil. Sebagian besar lainnya ku pikul sendiri. Memang lelah menerka-nerka. Oleh sebab itu aku kerap bertanya. Setiap jawab yg ku dapat selalu sama. mungkin jujur. Namun hatiku sulit menerima. Aku tahu tak ada yg mau aku terluka lebih dalam. Hanya, aku butuh dikuatkan. Sedikit saja. Biar hatiku yakin. Biar aku bahagia. Untuk waktu yg sesaat saja. Sebab aku tahu, setiap kebahagiaan yg menghampiri tak pernah bertahan lama. Untuk sesaat itu, aku ingin benar-benar bahagia. Aku ingin ragu menjadi yakin. Aku ingin harapan tak pernah pupus. Sebab aku hanya ingin bahagia. Jika mengerti esensi itu, siapapun tahu bagaimana yg ku mau. Selain keras kepala, akupun egois. Menginginkan semua seperti mauku. Bukankah semua demikian? Tak ada yg mau bukan jika tak sesuai harapan? Berapapun kata yg ku rangkai untuk mengharapkan semesta mengerti, aku yakin tak ada yg mengerti. Sebab tak ada yg mengenal aku seperti diriku sendiri

kenangan

Semesta tentu tau apa aja yang udah aku lakuin selama ini buat kamu. Semesta tentu ingat tentang semua yang udah aku korbankan demi kamu. Dan, semesta juga tentu mencatat segala yang pernah kita alami dulu. Ya, walau tentu semesta juga paham kita memang belum pernah benar-benar jadi kita.
Aku inget banget hampir setiap moment yang pernah ada kamunya, setiap yang terjadi tentang kamu, gampang banget ngebekas, sampe sekarang.
Laporan praktikum kimia itu harus diketik. Aku minta tolong ke temen buat sekalian bikinin punya aku, berhubung aku belum punya laptop. Tiba-tiba kamu sms. Kamu minta tolong ke aku buat bikinin laporan praktikum kimia kamu. Aku bilang kalo aku dibikin temen. Kamu minta tolong lagi ke aku buat bilang ke temen aku itu supaya kamu juga dibikinin. Aku mau aja. Aku bilang aku mau asalkan dikasi good time. Kamu setuju. Besoknya laporan praktikum itu udah jadi. Dan, kamu tepatin janji buat ngasi aku good time. Itu good time pertama dari kamu yang jadi awal dari good time good time yang lain.
Aku nggak jago fisika. Sama sekali nggak jago. Tapi kamu minta aku buat ngajarin kamu. Aku tentu aja nolak. Bukan aku nggak mau. Tapi aku bener-bener nggak jago fisika. Kamu maksa. Kamu ngambek bilang kalo aku emang nggak mau ngajarin kamu. Aku nggak enak. Yaudah aja aku mau ngajarin kamu. Kita belajar fisika. Seperti biasa kamu ngeselin. Diajarin tapi sok tau, sok bisa. Kalo aku sebel, kamu baik-baikin aku, biar aku tetep mau ngajarin kamu. Satu meja, satu modul fisika, dua orang yang beda rasa. Aku bahagia. Salah satu saat paling membahagiakan dalam hidup aku ya saat itu. Aku ngajarin kamu fisika, dan kamu ngajarin aku tentang cinta, cinta yang lebih rumit dari fisika, yang penyelesaiannya nggak pernah bisa sempurna.
Hari-hari itu rasanya hp aku nggak pernah sepi dari sms. Walaupun lebih banyak aku yang mulai, toh akhirnya komunikasi itu berjalan dua arah, walau beda arti. Setiap smsan sama kamu, nggak pernah ada hal penting yang dibicarain. Sebatas ejek-ejekan klub bola kesayangan, atau hal konyol nggak penting tapi bisa bikin aku senyum-senyum sendiri. Aku kesel kalo kamu udah ngejekin barcanya aku. tapi, sms yang isinya ejekan buat barca itu selalu aku tunggu tiap detik. Hp terus ada di tangan, setiap geter, aku selalu berharap itu sms kamu. Dan, beberapa kali harapan aku itu emang jadi nyata.
Aku ngefans sama kakak kelas yang juga suka barca. Dan kamu juga jadi deh ngejekin aja dia. kamu bilang kalo kamu itu lebih ganteng dari dia. tanpa kamu bilang, aku juga beranggapan kaya gitu. Saat itu aku berharap kalau sikap kamu adalah bentuk cemburu. Sayangnya bukan. Aku salah berharap. Sikap kamu emang nggak bisa aku terka.
Kakak kelas XII sebentar lagi mau perpisahan. Aku udah bertekad buat bisa foto sama kakak kelas yang aku mau. Aku mau keliatan agak cantikan lah pas perpisahan nanti. Aku heboh. Aku bingung mau pake kerudung apa. aku tanya ke temen, aku cantikan pake kerudung apa. terus kamu nyamber, kamu ngejekin aku yang heboh mau dateng ke perpisahan kakak kelas. Kamu bilang kalo harusnya udah aja, kakak kelas itu mau pergi, yang udah ya udah, kata kamu. Iya, sekarang aku emang udah nggak punya rasa apa-apa sama kakak kelas, udah ilang semuanya. Sayangnya, rasa itu nggak pernah ada udahnya buat kamu. Sampe sekaranng, aku nggak pernah bisa bikin perasaan aku selesai.

bahagia

Aku membuka hati pada setiap bahagia yang hendak menghampiri. Bukan bahagia yang benar-benar kebahagiaan. Hanya bahagia semu yang awalnya saja sudah abu-abu. Namun aku percaya saja. Aku masih amat percaya dengan asa yang tersisa. Aku amat berharap bahagiaku bertahan lebih lama. Jika sudah terbiasa bahagia, akan sulit untuk beradaptasi dengan kehampaan lagi. Maka lebih baik jika hanya sesaat, tidak perlu menghampiri, tidak perlu menyapa hidupku lagi. Seolah dapat menyapu semua sepi. Aku faham betul. Aku yakin. Ketika senja berganti malam, semua sudah hilang. Jika tidak, hanya sampai esok pagi.