Aku memang faham betul
apa arti semua sikapnya padaku. Tak ada yang istimewa. Tak pernah ada yg
istimewa. Jika toh ia hadir lagi kini, itu karena memang dia ingin menjaga
hubungan baik dengan orang yg dikenalnya. Bukan karena ada apa-apa. aku
bukannya keras kepala. Aku bukan tak taku sakit. Hanya saja aku menikmatinya.
Aku menikmati setiap canda yg ia buat. Aku menikmati setiap sapa yg ia tujukan
untukku. Karena aku memang membutuhkan semua itu. Aku butuh hal yg dapat
menjadi sumber bahagiaku. Aku butuh alasan agar bisa tersenyum. Aku sama sekali
tak bermaksud mengabaikan nasehat yg datang padaku. Entah itu yang aku dengar
lewat kedua telingaku, atau yg tepat sampai pada hatiku. Hanya saja aku tak tau harus apa. menjauh? Sampai kapanpun
aku tak bisa menjauh. Aku tak bisa menjauh untuk yang kedua kalinya. Aku
rasakan betul bagaimana hatiku saat itu. Aku harus mengabaikannya? Bagaimana
mungkin? Ia terasa amat dekat. Ia disini, di hatiku. Yg hadirnya ku rasakan
setiap hari. Jika memang semua sikapnya padaku hanya bentuk kebaikannya pada
orang lain, bukankah seharusnya akupun membalas kebaikannya? Aku memang keras
kepala. Mungkin. Atau aku hanya mengikuti kata hati. Aku yg faham betul apa yg
bisa menghantarkan bahagia. Aku hanya ingin bahagia. Entah darimana datangnya
bahagia itu. Sungguh, dekat dengannya sudah lebih dari bahagia. Apa aku harus
mengakhiri bahagiaku hanya karena takut bertepuk sebelah tangan? Semesta tahu,
aku berani. Aku tak takut akan hal seperti itu. Jika aku telah mengambil
keputusan, aku mengerti benar akan resiko yg mengiringinya. Saat aku memutuskan
mencintainya, aku tentu siap untuk disakiti karena cintaku itu. Meski pada
akhirnya air mataku jadi pertanda bahwa aku tak benar-benar siap. Namun aku
menyediakan diriku untuk terluka seperti aku menyediakan diriku untuk bahagia.
Toh jika air mataku telah membasahi pipi, tak akan sampai pada siapapun. Semua
keluh kesah yg terlontar, sungguh baru sebagian kecil. Sebagian besar lainnya
ku pikul sendiri. Memang lelah menerka-nerka. Oleh sebab itu aku kerap
bertanya. Setiap jawab yg ku dapat selalu sama. mungkin jujur. Namun hatiku
sulit menerima. Aku tahu tak ada yg mau aku terluka lebih dalam. Hanya, aku
butuh dikuatkan. Sedikit saja. Biar hatiku yakin. Biar aku bahagia. Untuk waktu
yg sesaat saja. Sebab aku tahu, setiap kebahagiaan yg menghampiri tak pernah
bertahan lama. Untuk sesaat itu, aku ingin benar-benar bahagia. Aku ingin ragu
menjadi yakin. Aku ingin harapan tak pernah pupus. Sebab aku hanya ingin
bahagia. Jika mengerti esensi itu, siapapun tahu bagaimana yg ku mau. Selain
keras kepala, akupun egois. Menginginkan semua seperti mauku. Bukankah semua
demikian? Tak ada yg mau bukan jika tak sesuai harapan? Berapapun kata yg ku
rangkai untuk mengharapkan semesta mengerti, aku yakin tak ada yg mengerti.
Sebab tak ada yg mengenal aku seperti diriku sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar